Demografi
Jumlah penduduk Kota Bandung cenderung sama tiap tahunnya. Tidak ada peningkatan maupun penurunan jumlah penduduk yang signifikan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya juga relatif seimbang. Pada tahun 2014, jumlah penduduk di Kota Bandung adalah sebanyak 2.470.802 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.248.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.222.324 jiwa. Kota Bandung memiliki daya dukung dan tampung ruang sebesar 3.018.038 jiwa. Pada tahun 2031 diprediksikan jumah penduduk akan meningkat menjadi 4.1 juta jiwa.
Grafik Jumlah Penduduk dan Proyeksi Tahun 2005-2030 Sumber: Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat |
Grafik Jumlah Penduduk Kota Bandung 2011-2014 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung |
Ekonomi
Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat. Periode tahun 2007-2011 kontribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 11,6%. Dalam lingkup Bandung Raya, maka kontribusi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 23% dari ekonomi Jawa Barat. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan Nasional. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dari periode tahun 2008-2012 rata-rata sebesar 8,53%, sedangkan pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5,8% dan Provinsi Jawa Barat sebesar 5,86% .
Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008-2012 Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 |
Tabel Perkembangan Indikator PDRB dan LPE Kota Bandung Tahun 2008-2012 Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 |
Dari tabel tersebut terlihat bahwa PDRB Kota Bandung dari tahun 2008 ke 2012 menunjukkan kenaikan yang tinggi atau menunjukkan peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Kecenderungan aktivitas ekonomi Kota Bandung pada beberapa tahun ke depan cenderung positif mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.
Grafik Kecenderungan Pertambahan PDRB (Harga Konstan) Tahun 2013-2018 Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 |
Diketahui bahwa pertumbuhan tertinggi kontribusi sektoral dari tahun 2008 hingga 2012 ditempati oleh sektor bangunan/konstruksi, yaitu mencapai 54,41%. Kemudian di posisi kedua dan ketiga ialah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (52,0%) serta pengangkutan dan komunikasi (51,11%).
Tabel Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Kota Bandung atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2008-2012 Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 |
Sektor industri pengolahan selama tahun 2008 hingga 2012 mengalami
pertumbuhan yang relatif kecil, yaitu hanya sebesar 14,41%.
Sedangkan sektor pertanian selama lima tahun ini hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 0,47%.
Tabel Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bandung atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2012 Sumber: RPJMD Kota Bandung 2013-2018 |
Berdasarkan harga berlaku, pada tahun 2008, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 40,09% terhadap perekonomian Kota Bandung dan mengalami peningkatan menjadi 41,67% pada tahun 2012. Kontribusi sektor terbesar kedua pada tahun 2008 adalah sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 25,72% terhadap perekonomian Kota Bandung. Perkembangan kontribusi sektor ini mengalami penurunan pada tahun 2012, yaitu menjadi sebesar 22,55%. Sedangkan kontribusi sektor terbesar ketiga disumbangkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun 2012 mencapai 12,47% Perekonomian Kota Bandung secara signifikan ditopang oleh sektor ekonomi kreatif, beserta sektor-sektor pendukung lainnya. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tahun 2007 kontribusi sektor kreatif terhadap PDRB sudah mencapai 14,46%, serta diprediksi akan terus meningkat dan menjadi salah satu lokomotif kemajuan ekonomi Kota Bandung.
Berdasarkan perkembangan data PDRB Kota Bandung, tahun 2008– 2012, terlihat bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terus meningkat tetapi pertumbuhannya cenderung menurun, sehingga kontribusinya juga semakin menurun. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, selain mengalami pertumbuhan, kontribusinya pada ekonomi Kota Bandung juga terus meningkat. Hal ini sesuai dengan fungsi Kota Bandung sebagai kota kolektif dan distributif. Sektor pengangkutan dan komunikasi yang umumnya berkaitan dengan kegiatan ekonomi riil dengan demikian juga mengalami pertumbuhan dan kontribusinya pada ekonomi Kota Bandung juga mengalami peningkatan.
Penggunaan Lahan
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung di Kota Bandung terdiri atas Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat, Kawasan RTH, Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, Kawasan Eks Industri, Kawasan rawan bencana, dan Kawasan lindung lainnya.
2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya di Kota Bandung terdiri atas Kawasan permukiman, Kawasan pertanian, Kawasan perdagangan dan jasa, Kawasan industri, serta Kawasan perkantoran.
Secara lengkap, struktur penggunaan lahan di Kota Bandung dapat dilihat dalam grafik berikut:
Grafik Struktur Penggunaan Lahan Kota Bandung Tahun 2011 Sumber: RPJMD Kota Bandung Tahun 20013-2018 |
Sampai saat ini, perambahan kawasan terbangun (konversi lahan terbangun) semakin meluas ke daerah yang bukan peruntukannya, baik secara natural ataupun terencana. Semakin tinggi jumlah penduduk, disertai dengan kebutuhan ruang untuk tempat tinggal menjadi salah satu penyebab konversi lahan. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya kerusakan lingkungan, terutama di bagian Utara dan Selatan. Kawasan Bandung Utara (KBU) yang utamanya sebagai kawasan lindung, saat ini telah banyak mengalami konversi lahan yang tidak sesuai peruntukannya.
Sarana
1. Pendidikan
Pada tingkat pendidikan dasar, perkembangan rasio guru/murid di tingkat SD/MI dan SMP/MTs Kota Bandung mengalami peningkatan selama periode 2009-2011. Jika pada tahun 2009 rasio guru/murid SD/MI ada di tingkat 47,2, maka pada tahun 2011 meningkat menjadi 48,3. Sedangkan untuk rasio guru/murid di tingkat SMP/MTs di tahun 2011 mencapai 64,2, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 61,6. Dari rasio tersebut diketahui bahwa kecukupan guru untuk jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs di Kota Bandung mengalami peningkatan, demikian juga rasio guru/murid di tingkat SMA/MA/SMK Kota Bandung. Penduduk Kota Bandung yang berusia di atas 15 tahun dan tidak buta aksara tahun 2009 mencapai 99,97%, kemudian mengalami peningkatan menjadi 99,99% tahun 2010. Namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 99,55%. Pada level pendidikan pra sekolah, perkembangan angka partisipasi pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kota Bandung selama periode 2009-2012 mengalami kenaikan, pada tahun 2009 angka partisipasi PAUD sebesar 25%, maka pada tahun 2012 telah menjadi 45%.
Grafik Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA Kota Bandung 2006-2013 Sumber: RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 |
Perkembangan Angka Putus Sekolah SD/MI dalam rentang waktu Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012 mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2006 APS SD/MI berada di posisi 0,04%, maka pada tahun 2012 menjadi hanya sebesar 0,001% atau dapat dikatakan hampir tidak ada APS di tingkat SD/MI. Angka Putus Sekolah SMP/MTs juga mengalami penurunan yang berarti selama periode 2006-2012. Jika pada tahun 2006, tingkat APS SMP/MTs Kota Bandung ada di tingkat 0,29%, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan hanya menjadi 0,02%. Selama periode 2006- 2012, Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA di Kota Bandung juga mengalami tren penurunan, pada tahun 2006, tingkat APS SMA/SMK/MA Kota Bandung ada di tingkat 0,63%, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan hanya menjadi 0,10%. Terkait dengan angka kelulusan (AL), diketahui bahwa angka kelulusan SD/MI di Kota Bandung dari mulai tahun 2009 hingga 2012 telah mencapai 100%. Untuk angka kelulusan (AL) SMP/MTs diketahui bahwa pada tahun 2008 sudah mencapai 99,90% dan mengalami peningkatan menjadi 99,98% di tahun 2012. Di tingkat sekolah menengah, angka kelulusan (AL) SMA/SMK/MA Kota Bandung pada tahun 2008 sudah mencapai 99,00% dan mengalami peningkatan menjadi 99,40% tahun 2012. Sehingga dapat dikatakan bahwa hanya terdapat 0,60% murid SMA/SMK/MA saja yang tidak lulus di tahun 2012. Perkembangan Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs di Kota Bandung selama periode 2008-2012 berada di atas 100%. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA di Kota Bandung selama periode 2008-2012 juga telah di atas 100%. Tahun 2012, AM dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sudah mencapai 102,16%, Dalam aspek kualitas pengajar, tingkat guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di Kota Bandung selama periode 2008-2012 mengalami peningkatan yang sangat signifkan. Jika pada tahun 2008 baru mencapai 36,6% guru yang memenuhi kualifikasi ini, maka pada tahun 2012 sudah mencapai 90%.
2. Kesehatan
Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bandung memiliki sarana pelayanan kesehatan yang paling lengkap di provinsi ini. Sampai tahun 2007, kota Bandung telah memiliki 30 unit rumah sakit dan 70 unit puskesmas yang tersebar di kota ini, di mana dari 17 unit rumah sakit tersebut diantaranya telah memiliki 4 pelayanan kesehatan dasar sedangkan selebihnya merupakan rumah sakit khusus. Pelayanan kesehatan dasar tersebut meliputi pelayanan spesialis bedah, pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan spesialis anak serta pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan. Dari jumlah tenaga medis yang tercatat di kota Bandung dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 86 orang tenaga medis untuk melayani 100.000 penduduk.
Transportasi
Sampai tahun 2000 panjang jalan di kota Bandung secara keseluruhan baru mencapai 4.9 % dari total luas wilayahnya dengan posisi idealnya mesti berada pada kisaran 15-20%. Pembangunan jalan baru, peningkatan kapasitas jalan dan penataan kawasan mesti menjadi perhatian bagi pemerintah kota untuk menjadikan kota ini menjadi kota terkemuka. Pada 25 Juni 2005, jembatan Pasupati resmi dibuka, untuk mengurangi kemacetan di pusat kota, dan menjadi landmark baru bagi kota ini. Jembatan dengan panjangnya 2.8 km ini dibangun pada kawasan lembah serta melintasi Ci Kapundung dan dapat menghubungkan poros barat ke timur di wilayah utara kota Bandung.
Kota Bandung berjarak sekitar 180 km dari Jakarta melalui Cianjur, Puncak dan Bogor, saat ini dapat dicapai melalui jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) yang hanya berjarak sekitar 150 km dengan waktu tempuh antara 1.5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), yang sudah dibangun sebelumnya.
Untuk transportasi di dalam kota, masyarakat Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih akrab disebut angkot. Selain itu, bus kota dan taksi juga menjadi alat transportasi di kota ini. Sedangkan sebagai terminal bus antarkota dan provinsi di kota ini adalah terminal Leuwipanjang untuk rute barat dan terminal Cicaheum untuk rute timur. Travel point to point antara Bandung-Jakarta memiliki poolnya sendiri-sendiri, tetapi semua travel memiliki juga pool di Terusan Pasteur, jalan menuju tol Bandung-Jakarta.
Pada 24 September 2009, TMB (Trans Metro Bandung) resmi beroperasi, walaupun sempat diprotes oleh sopir angkot setempat. TMB ini merupakan proyek patungan antara pemerintah kota Bandung dengan Perum II DAMRI Bandung dalam memberikan layanan transportasi massal dengan harga murah, fasilitas dan kenyamanan yang terjamin serta tepat waktu ke tujuan.
Kota Bandung memiliki sebuah pelabuhan udara yang bernama Bandar Udara Husein Sastranegara untuk menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Menado, Yogyakarta, Batam, Mataram, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Pangkalpinang, Semarang, dan Medan. Sedangkan untuk rute luar negeri diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam. Kapasitas Terminal Airport sekarang ini sedang dikembangkan menjadi berkapasitas tiga kali lipat semula.
Kota Bandung juga mempunyai stasiun kereta api yang setiap harinya melayani rute dari dan ke Jakarta, ataupun Semarang, Surabaya dan Yogyakarta, yaitu Stasiun Bandung untuk kelas bisnis dan eksekutif. Sedangkan Stasiun Kiaracondong melayani rute yang sama (kecuali Jakarta) untuk kelas ekonomi. Selain 2 buah stasiun tersebut, terdapat 5 stasiun KA lain yang merupakan stasiun khusus peti kemas, yakni Gedebage, Cimindi, Andir, Ciroyom dan Cikudapateuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar